Toleran Prasyarat Mutlak Wujudkan Kebinekaan

Jakarta – Untuk peserta wisuda kali ini adalah sekitar 371 sarjana dengan rincian 341 sarjana strata satu dan 30 sarjana strata dua (magister). Sehingga, sampai dengan wisuda kali ini Universitas Atma Jaya Yogyakarta telah meluluskan 40.041 sarjana dengan rincian 37.618 sarjana strata satu dan 1.978 sarjana strata dua (magister).

Pada wisuda kali ini tercatat sebanyak 73 lulusan atau 19,67% dari total lulusan dinyatakan lulus dengan predikat Cum Laude. Dari jumlah tersebut 39 atau 53.42% lulusan adalah wanita dan 34 atau 46.58% lulusan adalah pria. Prodi Ilmu Hukum adalah prodi yang paling banyak memiliki lulusan dengan predikat cum laude.

Wisuda kali ini juga meluluskan sarjana dari Program PSSB (Program Seleksi Siswa Berprestasi) dan PMB Unggulan. Tercatat sebanyak 4 lulusan berasal dari Program PSSB dan 201 lulusan berasal dari Program PMB Unggulan.

Program PSSB adalah program penerimaan mahasiswa baru yang diperuntukkan bagi siswa SMU yang memiliki prestasi akademik tinggi tapi berasal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi yang kurang beruntung. Peserta PSSB dibebaskan dari tes masuk dan mendapat beasiswa penuh selama mengikuti kuliah diUAJY.

Masyarakat perlu mengingat kembali akan arti penting kebangkitan nasional yang harus selalu diaktualisaikan sesuai dengan konteks jaman. Untuk itu, Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) menjadi momen tepat untuk memperkuat kembali nasionalisme dan patriotisme.

Demikian dikemukakan Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) Dr Gregorius Sri Nurhartanto SH LLM dalam sambutannya di acara Wisuda Periode III Tahun Akademik 2016/2017 di Kampus II UAJY, Sabtu (27/5)

“Pluralitas bukan harus diingkari atau diseragamkan, apalagi ditertibkan dengan jalan kekerasan, tetapi sebagai sebuah panggilan ilahi untuk bersama-sama mewujudkan keadilan dan kebaikan bersama. Maka, sikap toleran menjadi prasyarat mutlak yang semestinya dimiliki setiap masyarakat Indoneia. Toleran sebagai sikap mental dan etika kebaikan dalam rangka mewujudkan perserikatan yang otentik, perkauman yang solid, dan kebinekaan yang dinamis dan produktif,” ujar Nurhartanto.

Untuk itu, Nurhartanto menegaskan agar Pancasila dijadikan sebagai titik temu agar kematian bangsa dan agama dapat dihindari.

“Ini supaya Ketuhanan Yang Maha Esa itu menjadi pilar bagi kesatuan dan persatuan, kemanusiaan yang dijangkarkan di atas nilai keadilan dan keadaban, persoalan yang diselesaikan secara musyawarah mufakat, dan keadilan yang didistribusikan secara merata. Hari ini justru Pancasila itu sendiri yang eksistensinya dinafikan sambil terus memimpikan Negara arkaik, khilafah, yang di jantung tempat kelahirannya sendiri bukan hanya tidak berkembang malah sedang mementaskan tragedi kemanusiaan mengerikan,” ucapnya.

Sementara itu, wakil Wisudawan Terbaik, Epifanius Solanta, dalam pidatonya menyampaikan keprihatinannya, “Di tengah situasi yang sangat kritis saat ini, ketika banyak kaum muda yang tampil sebagai agen provokator, memecah belah persatuan dan kesatuan serta berusaha menggulingkan ideologi Pancasila, kita dituntut untuk hadir melakukan revolusi dalam semangat perjuangan, daya kritis dan menjunjung tinggi nilai integritas,“ ujarnya.

Selanjutnya, Solanta berharap agar para wisudawan/wati yang hari ini diwisuda tidak bergabung dalam berbagai macam kejahatan baik yang bersifat struktural maupun kultural, “Pribadi kita telah terbentuk dalam nilai keatmajayaan,” tegasnya.

You May Also Like

More From Author