Jakarta, WartaBHINEKA.com – Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) telah memasuki tiga tahun pada 20 Oktober 2017. Dengan kata lain, tinggal dua tahun lagi kepemimpinnya berakhir.
Staf Ahli Ekonomi Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Ronny P Sasmita mengungkapkan, pada sisa masa kepemimpinannya, Jokowi-JK harus fokus dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Memang jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi berbagai negara, di tengah sentimen global, pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas rata-rata.
“Tapi angka 5 persen rerata pertumbuhan bukanlah pertumbuhan yang kontekstual, dan masih jauh dari target yang pernah dijanjikan oleh Jokowi sendiri. Ini harus jadi fokus pemerintah ke depan,” kata Ronny dikutip dari Liputan6.com, Senin (23/10/2017).
Dia mengatakan, dilihat dari kebutuhan nasional, pertumbuhan angkatan kerja, tingkat kemiskinan dan pengangguran, dan ketimpangan, angka 5 persen adalah angka yang rendah. Akan sangat sulit mengatasi, atau minimal mengurangi angka kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan dengan angka yang demikian.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah tersebut, Ronny menuturkan, pemerintah sejatinya kurang etis juga mengatakan inflasi rendah adalah prestasi.
“Memang betul, pemerintah berhasil menorehkan angka inflasi yang sangat rendah. Tapi di saat ekonomi melamban, inflasi rendah bisa saja tidak bermakna prestasi, tapi bermakna lain, yakni bermakna ekonomi kian mendingin,” jelasnya.
Dia mencontohkan Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan China, tengah kalang kabut untuk mendapatkan inflasi, karena inflasi rendah juga berarti lemahnya permintaan, atau boleh jadi daya beli berkurang atau teralihkan ke tabungan karena faktor ketidakpastian pada masa depan.
“Itu kemudian mengapa inflasi rendah belum tentu sebuah prestasi, kecuali pertumbuhan yang ditorehkan juga sangat bagus, nah itu baru prestasi,” ucap dia.