WartaBHINEKA – Pada tanggal 21 September 2015, pukul 15.00 WIB ditemukan seekor anak harimau betina dengan kondisi terluka dan malnutrisi di sekitar pertigaan arah ke Rescue Center. Suwegnyo (40th) Karyawan Muara Farm TWNC yang pertama kali melihat harimau tersebut langsung melaporkan kejadian tersebut kepada Manajemen TWNC. Lalu dilakukan evakuasi pembiusan dengan Xylazine dan ketamine untuk selanjutnya dibawa ke Pusat Rehabilitasi Satwa (Rescue Center) TWNC dan ditempatkan di kandang transport untuk memudahkan dalam perawatan.
Harimau Sumatera tersebut terluka dibeberapa bagian tubuhnya. Luka terparah terdapat pada perut sebelah kanan yang telah ditumbuhi belatung (miasis). Pemulihan dilakukan di Pusat Rehabilitasi Satwa Rescue Center oleh dokter hewan AGP TWNC. Keadaan Harimau Sumatera tersebut pada saat ini sudah pulih dan luka sudah tertutup.
Harimau Sumatera merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah
Berdasarkan data tahun 2004, jumlah populasi harimau Sumatera di alam bebas hanya sekitar 400 ekor saja. Sebagai predator utama dalam rantai makanan, harimau mempertahankan populasi mangsa liar yang ada di bawah pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan vegetasi yang mereka makan dapat terjaga.
Harimau Sumatera berada di ujung kepunahan karena hilangnya habitat secara tak terkendali, berkurangnya jumlah spesies mangsa, dan perburuan. Penindakan tegas untuk menghentikan perburuan dan perdagangan harimau harus segera dilakukan di Sumatera. Populasi Harimau Sumatera yang hanya sekitar 400 ekor saat ini tersisa di dalam blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut, dan hutan hujan pegunungan.
Sebagian besar kawasan ini terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Bersamaan dengan hilangnya hutan habitat mereka, harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia dan seringkali dibunuh atau ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan tanpa sengaja dengan manusia.
Propinsi Riau adalah rumah bagi sepertiga dari seluruh populasi harimau Sumatera. Sayangnya, sekalipun sudah dilindungi secara hukum, populasi harimau terus mengalami penurunan hingga 70% dalam seperempat abad terakhir. Pada tahun 2007, diperkirakan hanya tersisa 192 ekor harimau Sumatera di alam liar Propinsi Riau.