Waspada, Erupsi di Gunung Semeru Masih Bisa Terjadi

wartaBHINEKA – Gunung Semeru erupsi akhir pekan lalu. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (PVMBG KESDM) mengungkapkan erupsi di Gunung Semeru masih bisa terjadi lagi.
Kemungkinan itu membuat masyarakat diminta tetap waspada. Selain itu, warga diimbau untuk mengikuti instruksi dari pemerintah.

“Apakah masih ada potensi erupsi susulan? Pastinya masih ada erupsi susulan atau awan panas guguran itu masih ada, tetapi seberapa besarnya kami sulit menentukan itu. Tetapi, potensi itu masih ada,” kata Kepala PVMBG KESDM Andiani dalam konferensi pers.

Salah satu buktinya, pada Sabtu (4/12/21) bukan sekali terjadi erupsi. Di hari itu, Gunung Semeru tercatat terjadi dua kali erupsi, dengan kekuatan yang tidak lebih besar.

“Pada pukul 05.13 WIB dan pada jam 10.00 WIB dengan intensitas dan jarak lintas yang lebih berkurang dari yang kemarin,” ujar Andiani.

Sebelum erupsi besar di hari Sabtu itu, muncul aktivitas awan panas guguran dengan jarak luncur 1.700 meter dari puncak atau 700 meter dari ujung aliran lava dengan arah luncuran ke tenggara.

“Gunung Semeru memiliki tipe strato dengan kubah lava, puncak tertinggi Mahameru dengan ketinggian 3.676mdpl. Aktivitas Gunung Semeru saat ini terdapat di kawah Jonggring Saloko. Letusan Gunung Semeru umumnya berupa vulkanian dan strombolian, penghancuran kubah lidah serta kubah lava baru. Ini mengakibatkan pembentukan awan panas guguran yang merupakan karakteristik dari Gunung Semeru,” ujar Andiani.

Andiani juga mengatakan level kewaspadaan Gunung Semeru terus dipantau. Saat ini, status Gunung Semeru dalam level waspada.

“Status tetap sama, masih waspada. Karena, kami menganggap bahwa peningkatan status ini harus berdasarkan pemantauan kami baik secara visual atau pun secara peralatan kami,” kata Andiani.

Dari pemantauan terakhir, dia menyebut, hanya terjadi guguran awan panas di Gunung Semeru.

“Dari gempa yang ditunjukkan memang tidak adanya satu gempa-gempa tektonik dalam, sebagai contoh menunjukkan adanya pergerakan magma ke permukaan, jadi yang terjadi seperti awan panas guguran, kemudian hembusan dan juga gempa letusan,” kata dia.

“Kemudian, secara visual memang terjadi selain awan panas guguran juga terjadi letusan dengan ketinggian volume tidak lebih dari 500 meter. Ini berdasarkan hasil pemantauan kami, sehingga menurut kami karena memang kondisinya, tanda-tanda fisiknya kami catat tidak menunjukkan intensitas peningkatan, tentunya akan kami evaluasi dalam beberapa hari ke depan apakah perlu ditingkatkan atau tidak,” dia menjelaskan.

sumber: detik

You May Also Like

More From Author